Selasa, 11 November 2008

Skripsi Bapak

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRETASI BELAJAR PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV SD 2 KARANGDUWUR KALIKAJAR WONOSOBO

PROPOSAL

OLEH

LEONARDUS SUPARDI

292006096

Jurusan SI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SATYA WACANA SALATIGA

2008

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dituangkan pula dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II pasal 3 menyebutkan bahwa :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kumampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”(Departemen Pendidikan Nasional,2003:5)”

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut menjadi tugas guru di sekolah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai prestasi belajar siswa. Untuk meningkatkan pretasi belajar siswa guru berupaya menggunakan beberapa cara. Salah satu cara yang dilakukan yaitu menggunakan media yang relevan dengan pelajaran yang diberikan oleh guru. Khususnya pada mata pelajaran IPS tentang pengetahuan sosial perlu menggunakan media yang tepat. Pemilihan media yang relevan akan mencegah verbalisme pada diri siswa serta diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa .

Berdasarkan dokumen kepala sekolah dan arsip guru kelas IV UUS I dan II tahun 2007/2008 ternyata nilai rata-rata pelajaran IPS masih sangat rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain. Hal ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1 nilai rata-rata kelas pada semua pelajaran di kelas IV

SD 2 Karangduwur Tahun Pelajaran 2007/2008

NO

MATA PELAJARAN

NILAI RATA-RATA KELAS

KETERANGAN

SEMESTER I

SEMESTER II

1

Pendidikan Agama

73

73

2

IPS

64

63

3

Bahasa Indonesia

65

70

4

Matematika

69

71

5

IPA

67

73

6

KTK

69

71

7

Penjaskes

75

71

8

Bahasa Jawa

68

69

9

Bahasa Inggris

69

70

Sumber: Data arsip guru dan kepala sekolah tahun pelajaran 2007/2008

Berdasakan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai pendidikan Agama semester I dan II diperoleh nilai rata-rata kelas tetap yaitu 73. Pencapaian nilai ini karena pembelajaran dilakukan di lingkungan sekolah dan melalui TPA disekitar lingkungan anak. Nilai pelajaran pendidikan Agama dikatakan baik sebab telah memenuhi criteria rata-rata passing grade SD 2 Karangduwur Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo 70. Nilai IPS semester I diperoleh nilai rata-rata kelas 64 dan semester II diperoleh nilai 63. Penurunan hasil belajar siswa dikarenakan pelajaran IPS belum menggunakan media belajar secara optimal, dan penyampaian materi pelajaran masih menggunakan metode ceramah sehingga anak pasif dalam proses belajar mengajar . Nilai bahasa Indonesia semester I diperoleh nilai 65, semestewr II diperoleh nilai 70, nilai Matematika semester I diperoleh nilai 69, semester II diperoleh nilai 71, nilai pengetahuan alam semester I diperoleh nilai rata-rata kelas 67 dan semester II diperoleh nilai 73, nilai KTK semester I diperoleh nilai rata-rata kelas 69 dan semester II diperoleh nilai 71, nilai Bahasa Indonesia, Matematika, Pengetahuan Alam dan KTK nilai rata –rata kelasnya mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena Bahasa Indinesia sering diberi tugas membaca diperpustakaan dan meringkas apa yang telah dibacanya, Matematika sering diberi PR dan banyak diberi latihan–latihan soal, pengetahuan alam banyak dilakukan praktek/percobaan. Nilai rata-rata kelas penjaskes semester I diperoleh nilai 75 dan semester II diperoleh nilai 71 karena materi pelajaran pada semester II lebih sulit bila dibandingkan dengan materi semester I. Pelajaran Bahasa Jawa semester I dibandingkan semester II mengalami peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata kelas 68 dan semester II diperoleh nilai 69, hal ini disebabkan materi pelajaran yang terlalu banyak tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Pelajara Bahasa inggris semester I diperoleh nilai rata-rata kelas 69, semester II diperoleh nilai 70 hal ini disebabkan materi pelajaran bahasa inggris belum terlalu sulit karena baru pengenalan tingkat dasar yaitu mengenal benda-benda dilingkungan anak.

Dari data tersebut membuat perhatian bagi para pendidik, khususnya pada mata pelajaran IPS tentang pengetahuan sosial. Hal tersebut biasa terjadi karena beberapa faktor, antara lain guru dalam pembelajaran tidak menguasai materi pelajaran sehingga materi yang disampaikan kepada murid asal selesai tanpa mau tahu apakah siswanya sudah jelas atau belum. Bahkan guru dalam mengajar tidak pernah menggunakan media gambar sehingga siswa tidak termotivasi belajarnya. Apalagi dalam mengajar hanya ceramah sehingga siswa tidak tertarik untuk mendengarkan guru dalam proses belajar mengajar. Siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran hanya sebagai pendengar. Beranjak dari sinilah peneliti sebagai guru bermaksud untuk meningkatkan prestasi belajar pengetahuan sosial agar meningkat dengan menggunakan media gambar di kelas IV sesuai pokok batasan yang dipelajari oleh siswa.

Peneliti memilih menggunakan media gambar karena menurut (Molenda Basuki Wibawa dan Farida Mukti, (1989 :60 )bahwa gambar termasuk media sederhana sebab gambar itu memiliki kelebihan sebagai berikut.

1. Diskusi siswa

2. Murah harganya

3. Tidak sulit mencarinya

Tatang Satradiharja (1971 :1-3) mengatakan bahwa penggunaan media dapat membantu:

1. Siswa belajar lebih banyak

2. Meningkatkan daya ingat lebih lama

3. Melengkapi rangsangan yang efektif untuk belajar

4. Menjadikan belajar lebih kongkret

5. Membawa dunia didalam kelas

6. Memberikan pendekatan –pendekatan bayangan yang bermacam-macam dari satu obyek yang sama

B. Identifikasi Masalah

Beranjak dari latar belakang tersebut maka persoalan nilai ulangan Pengetahuan Sosial rendah dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Guru kurang menguasi materi.

2. Kurangnya persipan guru dalam menggunakan media pembelajaran.

3. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial masih rendah.

4. Guru kurang memberi motivasi kepada siswa.

5. Masih minimnya penggunakan media yang relevan dengan materi yang diajarkan

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi masalah pada penggunaan media yang kurang optimal dalam mengajar, sehingga prestasi belajar Pengetahuan Sosial siswa rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah atau problematik di dalam penelitian :”Apakah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV SD 2 Karangduwur.”

E.Tujuan Penelitihan

Penelitihan Tindakan Kelas ini untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar pengetahuan sosial siswa kelas IV SD 2 Karangduwur Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo.

F. Kegunaan Penelitihan

1. Manfaat Akademis

Bagi Tim Pengembang kurikulum ditingkat nasional untuk bahan evaluasi dalam penyempurnaan dan pengembangan kurikulum yang akan datang.

1. Manfaat Praktis

a. Bagi guru SD

Hasil penelitihan dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pengetahuan sosial.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitihan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kemanfaatan media gambar pembelajaran pengetahuan sosial khususnya di kelas IV.

c. Bagi siswa

Dengan pembelajaran menggunakan media gambar akan memperjelas pengertian dan memudahkan menerima materi pelajaran khususnya pengetahuan sosial di kelas IV.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian, Fungsi dan Tujuan, dan Ruang Lingkup Pengetahuan Sosial

Seperti tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI (Departemen Pendidikan Nasional, (2006 : 6-7) menyebutkan :

a. Pengertian Pengetahuan Sosial

Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.

b. Fungsi dan Tujuan Pengetahuan Sosial

Pengetahuan Sosial di SD dan MI berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia.

Pengetahuan Sosial bertujuan:

1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosioligi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis;

2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial;

3) Membangun, komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.

c. Ruang Lingkup Pengetahuan Sosial

Ruang lingkup mata pelajaran pengetahuan sosila meliputi:

1) Sistem Sosial dan Budaya

2) Manusia, tempat dan lingkungan

3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

4) Waktu keberlanjutan dan perubahan

5) Sistem berbangsa dan bernegara

2. Pengertian Media Gambar

a. Pengertian Media

Menurut Yusuf Hadi Miarso Media Pengajaran (1992 : 5), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Menurut Sudjarwo seperti Media Pengajaran (1992: 5) memberi batasan pada media sebagai bentuk fisik teknologi pendidikan yang antara lain berupa kata-kata atau kalimat-kalimat, film, tape, slide, video, dan sebagainya.

Jadi media dapat diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa yang dapat berupa kata-kata, kalimat-kalimat, film, tape, slide, video, gambar, dan sebagainya sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

b. Pengertian Media Gambar

Menurut Tim Dosen Media Pengajaran (1992:23) gambar sebagai media pengajaran cukup banyak dimanfaatkan untuk keperluan proses belajar mengajar. Gambar adalah media yang paling umum dipakai karena pengadaannya relatif lebih murah dan mudah diperoleh. Misalnya dari koran bekas, majalah bekas, kalender bekas dan sebagainya. Yang termasuk media gambar adalah kartun, komik, gambar tempel, dan foto. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993 : 60) menyebutkan bahwa gambar adalah termasuk media sederhana yang dapat digunakan dengan baik di SD, sebab gambar itu disukai siswa, murah harganya, tak sulit mencarinya.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud media gambar adalah salah satu media pengajaran yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan proses belajar mengajar. Gambar merupakan media sederhana yang murah dan mudah memperolehnya, misalnya dari koran bekas, contoh : kartun, komik, gambar tempel dan foto.

c. Peranan media gambar dalam pendidikan.

Menurut Andre Rinanto (1992 : 2) media visual adalah semua media yang dapat dinikmati oleh indera mata dan mampu menimbulkan rangsangan untuk berefleksi, misalnya gambar/lukisan, foto, slide, poster, dan sebagainya Gambar/lukisan merupakan contoh media visual yang dapat digunakan untuk menimbulkan rangsangan untuk berefleksi.

Dijelaskan juga oleh Andre Rinanto (1992: 23) bahwa media gambar/foto mempunyai beberapa kelebihan atau peranan dalam pendidikan antara lain:

1) Membuat kongkrit objek belajar, sehingga mengurangi kecenderungan verbalisme.

2) Gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, karena tidak semua objek belajar dapat dimasukkan dalam ruang kelas.

3) Dapat menyajikan visualisasi benda-benda objek belajar yang sulit dilihat dengan mata telanjang.

4) Dapat memperjelas objek belajar terutama sekali untuk proses pemahaman siswa terhadap masalah tertentu.

5) Dapat membangkitkan minat belajar siswa dan mengurangi kejenuhan belajar.

6) Murah dan mudah pengadaannya

Menurut Tim Dosen Media Pengajaran (1992 : 23) gambar dalam posisinya sebagai media pengajaran mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Membuat kongkrit belajar, sehingga mengurangi kecencderungan verbalisme.

2. Gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, karena tidak semua objek belajar dapat dimasukkan dalam ruang kelas.

3. Dapat menyajikan visualisasi benda-benda objek belajar yang sulit dilihat dengan mata telanjang

4. Dapat memperjelas objek belajar terutama bermanfaat sekali untuk proses pemahaman siswa terhadap masalah tertentu

5. Dapat membangkitkan minat belajar siswa dan mengurangi kejenuhan belajar.

6. Murah dan mudah pengadaannya.

Menurut Tatang Sastradiraja (1971: 1-3) mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan media gambar mempunyai manfaat yaitu media tersebut dapat membantu:

1. Murid belajar lebih banyak

2. Meningkatkan daya ingat lebih lama

3. Melengkapi rangsangan yang efektif untuk belajar

4. Menjadikan belajar lebih kongkret (nyata)

5. Membawa dunia ke dalam kelas

6. Memberikan pendekatan-pendekatan bayangan yang bermacam-macam dari satu subjek yang sama.

Sejalan dengan pendapat di atas Nana Sudjana (2000:100), mengatakan bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai:

1. Dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir

2. Dapat memperbesar minat dan perhatian

3. Dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap

4. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan

5. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa

6. Membantu berkembangnya efisien dan pengalaman belajar yang lebih sempurna

Menurut Oemar Hamalik (1994: 81) ada beberapa alasan dasar penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran, sebab:

1. Gambar bersifat kongkret

Melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang dibicarakan atau didiskusikan di kelas.

2. Gambar mengatasi ruang dan waktu

Misal : gambar sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ( batu bara, minyak bumi, dll) dapat dipelajari di kelas tanpa harus membawa benda aslinya ke dalam kelas.

3. Gambar dapat dipergunakan untuk memperjelas suatu masalah, karena itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah.

4. Gambar mudah di dapat dan harganya murah

Untuk sekolah yang dananya terbatas, gambar bernilai ekonomis dan menguntungkan.

5. Gambar mudah digunakan baik perorangan dan kelompok, satu gambar dapat dilihat oleh seluruh siswa di kelas.

Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa gambar adalah salah satu alat yang penting bagi pengajaran dan pendidikan, maka gambar yang akan digunakan sebagai media pendidikan akan berhasil dengan baik dan efektif apabila disesuaikan dengan kematangan anak, tujuan yang akan dicapai dan teknik penggunan media dalam situasi belajar.

3. Pengertian Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Hulgard dan Bower dalam buku Theories of Learning (1975) seperti dikutip oleh NgalimPurwanto (1998 : 84) dikemukakan bahwa “belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya : kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”.

Munurut Witherington dalam buku Educational Psychology yang dituliskan oleh Ngalim Purwanto (1998 : 84) dinyatakan bahwa “belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai sesuatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Menurut Slameto (2003 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang unuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Dari pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga terjadi suatu perubahan yang menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti : perubahan di dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Ausubel seperti dikutip oleh Abd Rachman Abror ( 1993 : 72) membedakan menjadi dua bagian yaitu antara perseorangan dan situasi. Kategori antar perseorangan/pribadi (intrapersonal category) yaitu factor-faktor yang terdapat dalam diri pelajar dan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Faktor atau perubahan struktur kognitif (cognitive structur variables) yaitu sifat-sifat yang substantive atau riil dan organisasi pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dalam bidang subject matter khusus.

2. Kesiapan yang berkembang ( developmental readiness) yaitu kesiapan khusus yang mencerminkan taraf perkembangan intelektual pelajar.

3. Kemampuan intelektual (intellectual abililiti) yaitu tingkat yang nisbi dari bakat skolastik umum individu.

4. Faktor motivasi dan sikap (motivational and amitudional factors ) yaitu keinginan akan pengetahuan, keinginan akan prestasi dan peningkatan diri dan keterlibatan ego atau aku (minat) dalam suatu jenis subjek-matter tertentu.

5. Faktor kepribadian lainnya dan tingkat kegelisahan atau keresahan.

Sedangkan kategori situasi meliputi (situational category ) meliputi factor-faktor sebagai berikut:

1. Praktek (practice )yaitu frekwensi, distribusi, metode dan kondisi-kondisi umum (yang meliputi balikan atau hasil-hasil pengetahuan )

2. Susunan atau rencana bahan pengajaran (the arrangenment of instruksional) yaitu dalam arti jumlah, kesulitan tingkat ukuran, logika yang mendasari, urutan, pengaturan kecepatan dan penggunaan alat-alat peraga dalam pengajaran .

3. Faktor kelompok dan sosial tertentu (certain dan group and sosial factors) yaitu susunan kelas, kerjasama dan persaingan, keadaan kultur yang tidak menguntungkan dan pemisahan rasial (racial segregation).

4. Karakteristik guru (characteristics of the theacher) yaitu kemampuan kognitif, pengetahuan tentang subject-matter, kemampuan dan kesanggupan pedagogis, kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Benyamin S. Bloom dkk seperti dikutip Saifuddin Azwar (2003 : 8) membagi kawasan belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Tes prestasi belajar dalam penelitan ini adalah tes prestasi belajar kawasan ukuran kognetif dalam bentuk tertulis.

Prestasi dalam bahasa inggrisnya achievement berarti hasil suatu pekerjaan atau usaha menurut Purwodarmito (1976 : 786) prestasi adalah hasil yang dicapai, dikerjakan, dilakukan. Prestasi adalah hasil yang dicapai siswa dalam mata pelajaran, baik kualitas maupun jumlah pelajaran siswa selama periode yang diberikan yang diukur dengan menggunakan tes yang telah distandarisasikan. Dalam kaitannya dengan prestasi belajar, prestasi adalah hasil yang dicapai dari proses belajar yang dapat diketahui dari capaian ketika mengerjakan serangkaian tes prestasi belajar. Menurut Sunaryo (1983 : 12) prestasi belajar adalah perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, psikomotor. Sedangkan Woodworth dan DG. Marquis seperti dikutip oleh Yudo Mulyadi (1987 : 28) mendefinisikan prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan actual yang melipiti kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes.

4. Tes sebagai Pengukur Prestasi

Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Menurut Robet L. Ebel seperti dikutip oleh Saifuddin Azwar (2003 : 14) fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Tes merupakan cermin apa yang telah dapat dicapai oleh siswa dalam belajar, tetapi adalah tanggung jawab pengajar untuk selalu menekankan agar para siswa tidak belajar semata-mata untuk mendapatkan nilai yang tinggi dalam tes.

Usaha yang dilakukuan siswa dengan sebaik-baiknya dalam belajar tidak akan dapat dideteksi dengan cermat apabila tes yang digunakan tidak dirancang dan ditulis dengan baik. Suatu nilai tes yang rendah merupakan kegagalan dalam belajar. Kerena nilai tes dianggap sebagai indicator yang mempunyai arti penting maka nilai tes biasanya menjadi target usaha mereka dalam belajar.

5. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran dan Penilaian

Menurut Ign. Madsijo (1995: 22) prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek meliputi:

1) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara terus-menerus atau kotinu.

2) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara menyeluruh atau komprehensif.

3) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara objektif.

4) Kegiatan pengukuran penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara

kooperatif.

Menurut Norman E. Gronlund seperti dikutip oleh Saifudin Azwar (1987 : 18) prinsip dasar dalam pengukuran preatasi adalah sebagai berikut:

1) Tes Prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

2) Tes Prestasi harus mengukur sample yang representative dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksi atau pengajaran.

3) Tes Prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

4) Tes Prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya.

5) Tes Prestasi harus dibuat variable mungkin dan kemudian harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati.

6) Tes Prestasi digunakan untuk meningkatkan belajar siswa.

Untuk mengetahui prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (1998 : 220) angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-100 adalah 55 atau 60. Jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separoh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar maka ia dianggap memenuhi target minimal keberhasilan belajar.

Untuk mengetahui keberhasilan prestasi belajar mata pelajarn Pengetahuan Sosial di SD 2 Karang Duwur menetapkan passing grade 70, hal ini karena dipertimbangkan guru untuk mendorong peningkatan kemajuan belajar. Passing grade 70 dalam arti kegiatan pembelajaran harus mencapai nilai rata-rtaa kelas 70, kurang dari 70 berarti pembelajaran belum berhasil dengan baik dan materi pelajaran yang diajarkan harus diulangi lagi.

6.Kerangka Berfikir

Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang penting dan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari karena selalu berhubungan dengan kehidupan dan berada di lingkungan sekitar anak, tetapi sangat disayangkan bahwa nilai prestasi mata pelajaran Pengetahuan Sosial selalu rendah. Mata pelajaran Pengetahuan Sosial akan menambah wawasan bagi anak baik secara langsung melihat, mengalami sendiri maupun dengan belajar menggunakan media gambar. Belajar yang dimaksud di sini dalam arti yang sebenarnya adalah aktifitas mental yang sangat kompleks yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif. Perubahan kualitatif tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah penggunaan media yang digunakan guru dalam membantu untuk memperoleh perubahan tersebut.

Pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengarah pada objek dasar abstrak, sedangkan taraf berfikir anak adalah taraf berfikir kongkrit. Untuk membantu anak dalam berfikir abstrak diperlukan media yang dapat membantu mengkonkritkan hal-hal yang abstrak. Salah satu media yang diperlukan adalah media gambar.

Dalam Proses Belajar Mengajar Pengetahuan Sosial dengan menggunakan media gambar, anak akan aktif, tertarik dan mudah memahami makna. Sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan dibuktikan adanya prestasi belajar yang lebih meningkat. Dengan demikian nilai Pengetahuan Sosial yang tadinya rendah akan lebih meningkat.

7. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut diatas dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD 2 Karang Duwur, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo”.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menurut Raka Joni yang dikutip FX. Soedarsono (1998 : 21) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflek oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Ada dua tujuan yang dapat dicapai dalam penelitian tindakan kelas, antara lain :

1. Melakukan tindakan perbaikan, peningkatan dan perubahan kearah yang labih baik sebagai upaya pemecahan masalah

2. Menemukan model dari prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama dengan melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya.

Penelitian tindakan memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki pembelajaran. Fokus penelitian tindakan terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dirancang oleh peneliti kemudian dicobakan, dievaluasi apakah tindakan alternatif tersebut dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang dihadapi.

Penelitian tindakan mempunyai kelebihan dan kekuarangan seperti dalam penelitian lainnya. Kelebihan dan kelemahan penelitian tindakan menurut Shumsky seperti yang dikutip ole Suwarsih Madya (1994 : 13 – 15), kelebihannya adalah sebagai berikut :

1. Kerjasama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki

2. Kerjasama dalam penelitian tindakan mendorong kualitas dan pemikiran kritis

3. Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk berubah

4. Kerjasama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan

Adapun penelitian tindakan juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti

2. Berkenaan dengan waktu

3. Berhubungan dengan konsepsi proses kelompok

4. Berkenaan dengan keuletan terhadap pertanyaan agar dapat menyakinkan orang lain bahwa metode, strategi dan teknik yang diteliti benar-benar berjalan secara efektif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian di kelas IV SD 2 Karang Duwur, Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo.

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2008/2009

C. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah putaran spiral, yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suwarsih Madya (1994 : 25) yang meliputi penyusun rencana tindakan, bertindak, melakukan refleksi dan merancang tindakan selanjutnya.

Desain penelitian tersebut bila digambarkan adalah sebagai berikut :

Text Box:







Keterangan:

1. Perencanaan

2. Tindakan dan Pengamatan I

3. Refleksi I

4. Rencana Revisi

5. Tindakan dan Pengamatan II

6. Refleksi II



Gambar 2

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart


D. Subyek Penelitian

Penelitian ini sangat dipengaruhi oleh subyek penelitian, karena pada subyek diperolah data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan tujuan tertentu (purposive sampling). Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat bahwa purposive sampling tidak berdasarkan probabilitas, melainkan dipilih dengan tujuan tertentu untuk mendeskripsikan suatu gejala sosial tertentu (1986 : 89).

Siswa kelas IV SD 2 Karang Duwur Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terdapat dalam judul penelitian, peneliti memandang perlu untuk memberikan definisi, yaitu :

1. Peningkatan adalah usaha menjadikan lebih baik dengan kondisi yang diciptakan atau diusahakan.

2. Prestasi Belajar adalah hasil perubahan kemampuan aktual yang dimiliki siswa setelah selesai mengikuti pelajaran menyangkut kemampuan kognitif, yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes.

3. Sedangkan media gambar adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan ide, pesan-pesan lewat gambar agar mempermudah siswa menerima pelajaran.

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan tangart (dalam Suwarsih Madya, 1994 : 25). Penelitian tersebut dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Siklus I

1. Rencana Tindakan

Rencana tindakan kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Artinya suatu tindakan harus dilakukan agar terjadi perubahan kearah yang diharapkan. Perubahan tersebut dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2008/2009 dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menyiapkan materi pelajaran:

a) SDA yang dapat diperbaharui

b) SDA yang tidak dapat diperbaharui

2. Menyiapkan buku penunjang

3. Menyiapkan panduan pengamatan

4. Menyusun persiapan mengajar

5. Menyusun lembar kerja siswa

6. Menyiapkan media gambar

7. Menyusun soal tes terakhir

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1. Sebelum PBM guru terlebih dahulu melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa.

2. Guru memberikan materi pelajaran menggunakan media gambar. Tujuannya agar siswa siap belajar secara aktif dan lebih efektif dengan media gambar tersebut siswa akan lebih jelas menerima materi yang diberikan oleh guru, sebab taraf berfikir siswa SD masih berfikir kongkret.

3. Guru menguasai siswa untuk mengamati dan mendiskusikan gambar. Tujuannya guru merangsang siswa agar mampu berfikir dan mengembangkan daya pikirnya sesuai taraf berfikir siswa SD.

4. Guru melatih siswa untuk dapat menyimpulkan hasil belajarnya dengan perincian pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya merupakan hasil kesimpulan.

5. Guru memberikan tes akhir dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan PBM oleh guru maupun murid.

Tabel 2 Kisi-kisi instrument tes Siklus I

No

Variabel

Indikator

Soal No.

Jumlah soal

1.

Kemampuan menunjukkan jenis dan bersebaran SDA serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat (kabupaten/kota/propinsi)

1. Mengidentifikasikan jenis SDA dan kaitanyya dengan kegiatan ekonomi

2. Menunjukkan persebaran SDA dengan peta

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,16,18,19

6,12,13,14,

,15,17,20

13

7

Jumlah

20

Tabel 3. Kisi-kisi instrument tes Siklus II

No

Variabel

Indikator

Soal No.

Jumlah soal

1.

Kemampuan menunjukkan jenis dan bersebaran SDA serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat (kabupaten/kota/propinsi)

1. Menjelaskan manfaat SDA yang ada dilingkungan setempat

2. Menjelaskan perlunya menjaga kelestarian SDA sekitar

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 14,18,19,20

3,4,6,13,15,

16,17

13

7

Jumlah

20

3. Observasi

Untuk mendapatkan data tentang tindak belajar dengan menggunakan teknik observasi sedangkan untuk mendapatkan nilai belajar pengetahuan sosial dengan tes evaluasi hasil belajar. Dalam tindakan observasi ini data yang diperoleh bersifat data kualitatif.

Aspek-aspek yang diobservasi dari tindakan belajar siswa meliputi:

  1. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
  2. Kelengkapan bahan dan peralatan belajar yang dibawa siswa dalam mengikuti pembelajaran
  3. Keseringan bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru atau teman siswa lainnya
  4. Dinamika interaksi antar siswa dalam kegiatan diskusi kelas yang terjadi.
  1. Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan secara berulang kali sepanjang belum berhasil penelitian tindakan kelas tersebut.

G. Instrumen Penelitian

1. Tes

Data yang diperoleh dengan tes akan mengungkapkan fakta mengenai prestasi belajar siswa yang dikenai tindakan. Di dalam penelitian digunakan tes untuk menunjukkan hasil prestasi belajar. Jumlah soal masing-masing ada 20 butir yang diberikan pada tiap-tiap akhir siklus.

2. Validitas Instrumen Tes

Untuk mengetahui validitas instrument tes prestasi belajar siswa digunakan validitas isi. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 )

Disamping itu, juga dilakukan uji validitas empirik dengan uji coba instrumen tes di SD lain yaitu SD I Karangduwur karena sekolah tersebut mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan SD II Karangduwur. Hasil dari ujicoba instrumen tes kemudian diuji validitasnya menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) for Wndows Release 11.5 dengan pendekatan Kendall’s Tau.

3. Reliabilitas Instrumen Tes

Reabilitas lebih menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya. Reliabilitas instrumen penelitihan diuji menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solution) for Wndows Release 11.5 dengan pendekatan Kendall’s Tau.

H. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis diskriptif kualitatif. Teknik ini diterapkan dalam proses penafsiran dan penyanpaian simpulan secara diskriptif dengan cara membandingkan hasil belajar siswa antara kegiatan belajar sebelum dikenai tindakan dengan kegiatan belajar setelah dikenai tindakan. Sedangkan data-data yang berupa angka prestasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif menggunakan persentase.

Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran, diperlukan alat ukur yang digunakan sebagai patokan untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Menurut saiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2002 : 122) bahwa tingkat keberhasilan proses pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Istimewa atau maksimal yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.

2. Baik sekali atau optimal yaitu apabila sebagian besar (76%-99%) bahwa pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3. baik atau minimal yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%-75% saja dapat dikuasai siswa.

4. Kurang yaitu bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% yang dikuasai siswa.

Untuk menganalisis data hasil prestasi belajar siswa yang berupa nilai, maka nilai tersebut didistribisikan ke dalam tabel rentangan nilai/konversi skor seperti dikemukakan oleh Suharsini Arikunto (1990 : 249) sebagai berikut.

Tabel 5. Tabel konversi skor

Nilai Angka

Predikat

80-100

Baik sekali

66-79

Baik

56-65

Cukup

40-55

Kurang

30-39

Gagal

I. Standar Ketercapaian

SD 2 Karangduwur mempunyai target ketercapaian hasil belajar minimal nilai rata-rata kelas 65 sebab SD 2 Karangduwur mempunyai pertimbangan untuk menjadi sekolah yang unggul dalam berprestasi, unggul dalam perolehan nilai dan outputnya dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi terutama ke sekolah yang negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Abror. (1993) Psikolog Pendidikan.Yogyakarta :Tiara Wacana

Yogya

Andre Rinanto,(1982)peranan Media audio Visual dalam Pendidikan,

Yogyakarta :Yayasan kanisius.

Basuki wibowo dan Farida Mukti (1993 ).Media pengajaran. Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional ( 2003 ).Undang – Undang Republik Indonesia No . 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

………..( 2003 ). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI, Jakarta :Pusat Kurikulum Balitbang,Depdiknas

Masidjo, (2000).Media Pengajaran .Bandung :Sinar Baru Algensindo Ngalim Parwanto.(1998 ).Psikologi Pendidikan.Bandung :Remaja Rosda Karya.Oemar Hamalik ,(1984 )Media Pendidikan ,Bandung :Alumni

Poerwodarminto ,W.J.S (1984 ).Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka

Saifidin Anwar,(2003 ).Tes Prestasi.Yogyakarta :pustaka Pelajar

Slameto, (2003 ).Belajar dan factor –faktor yang mempengaruhinya .Jakarta :Bina Aksara

Suharsimi Arikunto,(1990 )Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta :Bumi Aksara

Sunaryo, (1983 )Psikologi Pendidikan .Bandung :Remaja Rosda karya

Suwarsih Madya .(1994 )Panduan Penelitihan Tindakan .Yogyakarta :IKIP Yogyakarta

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002),Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta :Rineka Cipta

Tatang Sastradijara,(1971).Media Pengajaran .Bandung :Remaha Rosda Karya

Tim Dosen Media Pengajaran ,(1992).Media Pengajaran .Yogyakarta :IKIP PGRI Yogyakarta

Yugo Mulyadi .(1987 )Evaluasi Pendidikan.Jakarta :Bina Aksara